Memurnikan Kembali Diri, Menguatkan Relasi
Pesona neo-gothik yang terdapat dalam Gereja Katedral Jakarta memiliki ribuan makna mendalam tentang kehidupan. Dengan bentuk melengkung yang lancip ke atas dan motif floral, disertai dengan suasana megah dan hening, gereja ini ingin membangun ruang bagi setiap orang yang datang untuk memurnikan kembali hubungannya dengan Tuhan, mengingat kembali keagungan Tuhan. Di situlah, Katedral menjadi oase di tengah kepenatan hidup.
Kenali Lebih Dekat,
Kagumi Lebih Dalam
Altar Utama
Altar utama berada di panti imam, bagian tengah. Dibuat pada akhir abad ke-19 di Belanda. Pada tahun 1956, dipindahkan dari Gereja Jesuit di Kota Groningen (Belanda) ke Jakarta dan dipasang 2 tahun kemudian (1958) untuk menggantikan altar lama. Di sekitar tabernakel, terdapat salib utama (atas tabernakel), ukiran relief orang kudus dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (samping kanan-kiri), dan beberapa Teolog Gereja (bagian bawah).
Di samping kanan dan kiri salib utama, terdapat relief dari Perjanjian Lama tentang dua hal dalam Ekaristi, yakni Manna/‘roti dari surga’ (bdk. Kel 16:4–5) dan imam agung Melkisedek (bdk. Ibr 7:1). Di sebelah kanan dari tabernakel, terdapat relief Rasul Paulus dan 4 penulis Injil sedangkan di sisi kirinya, ada relief orang kudus yang punya peran penting bagi dunia dan gereja: St. Gregorius, St. Bernulfus, St. Fransiskus Borgia, St. Hendrikus, Sta. Gertrudis.
Di bagian bawah dari tabernakel, ada relief dari teolog Gereja yang berbicara tentang sabda Allah dan Ekaristi, seperti St. Agustinus dari Hippo, St. Hieronimus dan St. Thomas Aquinas..
Tahta Uskup (Cathedra)
Sebuah gereja disebut Katedral karena memiliki tahta uskup di dalamnya. Tahta uskup tersebut disebut “Cathedra” (bahasa Latin) dan disimbolkan dengan kursi merah di dalam gereja Katedral. Di setiap keuskupan, pasti ada satu Cathedra di dalam gereja Katedralnya. Di Cathedra setiap keuskupan, biasanya terdapat visi dan lambang uskup yang sedang bertahta.
Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo melayani sebagai Uskup di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) hingga saat ini. Beliau memiliki visi yang diambil dari Kisah Para Rasul 20:19: "Serviens Domino cum omni humilitate" (Aku melayani Tuhan dengan segala kerendahan hati). Sedangkan lambangnya meliputi:
- Gandum dan Anggur (spiritualitas Ekaristi),
- Tongkat Gembala (lambang penggembalaan),
- Gulungan Alkitab (Sang Sabda sebagai inspirasi),
- Topi caping dengan Tali gombyok bertingkat (tugas hirarkis dan nuansa kultural yang mengayomi),
- Gunungan (Pohon Kehidupan yang mengangkat hati kepada Tuhan),
- Merpati (gambaran Roh Kudus).
Altar Maria
Terletak di sebelah kanan altar utama (sisi kiri dari tempat umat duduk). Altar ini dibuat oleh Atelier Remakers di Geleen, Limburg, Belanda. Altar ini dipasang di Katedral pada tahun 1915. Di altar ini, ada beberapa relief dan patung dari Bunda Maria yang menggambarkan keistimewaan dan peristiwa penting dalam sejarah keselamatan.
Di bagian atas tabernakel, terdapat patung Bunda Maria (Mater Dei); relief Bunda Maria Diangkat ke Surga yang disaksikan para rasul, dan relief Yesus memahkotai Bunda Maria di surga. Di samping tabernakel ada lambang dari gelar devosional Maria (Pintu Surga, Menara Gading, Benteng Daud, Bintang Timur).
Di bawah tabernakel, terdapat relief yang menggambarkan peristiwa sebelum Bunda Maria Diangkat ke Surga dan Dimahkotai di Surga, yakni peristiwa “tertidurnya Bunda Allah” (Dormition of the Theotokos) dengan dikelilingi oleh Santo Petrus, Yakobus dan semua rasul (melambangkan gereja).
Orgel
Terdapat 2 Orgel di Katedral, 1 di Panti Umat (sayap kanan) yang disebut Orgel Verschueren dan 1 Orgel lama di Mezanine. Orgel buatan perusahaan Verschueren, Belgia dan dibawa ke Jakarta pada tahun 1988. Berasal dari orgel yang telah dibongkar pasang dari desa Amby di pinggiran kota Maastricht, dengan corak neo-gotik yang sangat sesuai dengan arsitektur Gereja Katedral Jakarta. Terdiri dari 15 register dengan 1000 pipa yang dipasang secara khusus oleh tiga orang insinyur dari Belgia.
Di lantai mezzanine/ balkon atas (letaknya tepat di bawah roseta), ada satu orgel pipa lama yang ukurannya lebih kecil dari orgel Verschueren: memiliki 400 pipa), berasal dari Stuttgart, Jerman. Digunakan pertama kali saat peresmian Gereja Katedral (1901). Orgel ini sekarang sudah sangat jarang digunakan.
Kedua orgel masih mendapatkan perawatan rutin dan khusus dari beberapa ahli. Pada tahun 2018, ada renovasi besar pada kedua orgel pipa tersebut. Untuk menjaga dan sebagai bagian perawatan, tidak semua orang diperbolehkan memainkan orgel tersebut. Namun keindahan suara orgel pipa dapat dinikmati dalam misa-misa hari Minggu atau kesempatan khusus yang diselenggarakan Gereja.
Altar Yosef
Terletak di sebelah kiri dari Altar utama (sisi kanan dari umat duduk). Dibuat oleh Atelier Remakers. Dipasang di Katedral pada tahun 1922. Sama seperti altar Maria, di altar Yosef ini ada beberapa relief dan patung dari St. Yosef yang menggambarkan peristiwa dan peranannya bagi Yesus.
Di atas tabernakel, ada patung besar St. Yosef yang menggendong Yesus kecil (sabda Allah) sambil memegang tongkat bunga bakung (simbol kemurnian, kekudusan), relief Yosef yang mengajari Yesus kecil untuk bekerja, dan relief St. Yosef dalam keadaan sakit, didampingi oleh Yesus dan Bunda Maria.
Di bagian bawah dari altar ini, terdapat beberapa relief dari Raja Daud bermain Harpa, Yusuf yang memegang bulir gandum (Perjanjian Lama), dan gambaran (kontemporer) tentang keluarga kudus yang dikunjungi oleh beberapa Santo Santa dan Raja dunia.
Patung Pieta
Berada di Panti Umat, terletak di sudut belakang gereja. Patung Pieta di Gereja Katedral ini adalah Replika dari Patung Pieta (Maria yang memapah jenasah Yesus) karya Michelangelo yang terletak di Basilika Santo Petrus di Vatikan. Patung yang terdapat di Gereja Katedral ini dipesan dari Belanda untuk menggantikan patung Pieta lama yang terbakar tahun 1957 karena menjalarnya api lilin dan mengelupas karena selalu dipegang saat berdoa.
Karena pengalaman tersebut, kini ada pembatas dan jarak. Bukan untuk meniadakan aspek afeksional dengan menyentuh patung, tetapi untuk mencegah sesuatu yang buruk terjadi kembali seperti pengalaman sebelumya.
Relikui Kerudung St. Maria
Relikui Kerudung Perawan Maria yang bertuliskan Ex Velo B.M.V. (Beata Maria Virgo) atau Ex Veil Blessed Virgin Mary ini adalah bagian dari Santa Camisa (the veil of Mary) yang dibawa dari Yerusalem ke Konstantinopel. Sejak abad 14, kerudung disimpan di Basilika Santo Fransiskus di Assisi dan diperlihatkan kepada umat setiap Hari Raya Maria Santa Diangkat ke Surga (15 Agustus) dan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda (8 Desember).
RP Salvatore Sabato OFMConv, yang bertugas di Italia, mendapatkan potongan kecil dari Relikui Ex Velo B.M.V. dan ingin agar ditakhtakan di Gereja Santa Maria Diangkat Ke Surga, Katedral Jakarta. Pada tanggal 28 Agustus 2022, saat bertemu dengan Uskup Ignatius Kardinal Suharyo di Roma, relikui tersebut diserahkan dan kemudian diberikan kepada Rm Hani SJ untuk ditempatkan di Gereja Katedral.
31 Oktober 2022, bersamaan dengan rangkaian penutupan bulan Rosario, diadakan penghormatan secara khusus relikui Maria dari Gua Maria, dilanjutkan dengan prosesi untuk ditahtakan di Altar Maria.
kembaliBerjalan bersama Gereja dalam Solidaritas
Gereja Katedral Jakarta membuka pintu bagi setiap umat yang dengan sukarela hendak menyumbangkan donasi bagi perawatan gereja atau memberikan kolekte persembahan untuk kegiatan bersama dan membantu yang membutuhkan. “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Kor 9:7).