Sejuta Pesona,
Penuh Makna
Dengan seni arsitektur neo-gothik, yang menjadikannya sebagai situs cagar budaya nasional, Gereja Katedral Jakarta berdampingan dengan Masjid Istiqlal, menjadi tempat ikonik, historis, dan simbolik yang menawarkan oase sejuk bagi yang datang
Jalan Panjang dalam Lika-Liku Zaman
1808
Gereja Katolik "Pertama" di Batavia diresmikan sejak berdirinya Prefektur Apostolik Batavia. Gereja tersebut berupa rumah bambu dan terletak di asrama tentara di sudut barat daya Buffelsvald atau Lapangan Banteng.
1810
Gereja pindah ke gang Kenanga, daerah Senen. Diberkati oleh Pastor Jacobus Nelissen dengan nama St. Ludovikus untuk menghormati Raja Louis yang mendukung pendirian umat Katolik di Hindia Timur. Bangunan tersebut merupakan bekas kapel Protestan yang tidak dipakai dan dapat menampung sekitar 200 orang. Bangunan ini merupakan pemberian dari Gubernur Jendral HW. Daendels.
1826
Kebakaran hebat terjadi di daerah Senen, termasuk Gang Kenanga, yang menghanguskan 180 rumah, termasuk pastoran yang terbuat dari kayu dan bambu. Gereja tidak terkena kebakaran, tetapi menjadi sangat rapuh dan sebenarnya tidak layak lagi untuk digunakan.
1828
Dibeli tanah bekas rumah Letnan-Gubernur Jendral H.M. de Kock, dinegosiasikan dengan bantuan Komisaris Jenderal keturunan Belgia yang beragama Katolik: L.P.J. du Bus de Gisignies.
1829
Berdirilah cikal-bakal Gereja Katedral sekarang. Gereja diberkati oleh Prefek Prinsen dengan nama De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming – Gereja Santa Maria diangkat ke Surga sebagai Gereja Katedral.
1880
Dilakukan perbaikan-perbaikan termasuk memindahkan menara dan menambahkan menara kecil di sisi kiri kanan.
1890
Tiga hari setelah Paskah, pukul 10.45 atap gereja runtuh. Sejak itu kandang kereta kuda uskup di belakang pastoran menjadi “Katedral darurat”. Digunakan selama 10 tahun.
1891
Dilakukan pemasangan pondasi sebagai tanda dimulainya pembangunan gereja baru. Rancangan bangunan bergaya neo-gotik yang dibuat oleh seorang imam-arsitek bernama Pater Antonius Dijkmans, SJ. Sayangnya pembangunan terhenti cukup lama karena ketiadaan dana.
1899
Pembangunan Gereja dengan arsitektur neo-gotik dilanjutkan. Diawali dengan pemberkatan batu pertama di atas pondasi oleh Pater C.W.J. Wenneker, SJ. Pembangunan dilakukan oleh insinyur M.J. Hulswit (setelah Pater A. Dijkmans pulang ke Belanda 1894).
1901
Gereja Katedral dengan nama Pelindung Santa Perawan Maria diangkat ke Surga ditahbiskan oleh Vikaris Apostolik Batavia: Mgr. Edmundus Sybrandus Luypen, SJ dengan misa pontifikal yang diiringi untuk pertama kalinya oleh paduan suara Santa Cecilia yang didirikan oleh C.G.M. van Arcken. Kelompok paduan suara ini masih ada sampai sekarang.
Pesona neo-gothik yang ada dalam Gereja dipadu dengan suasana megah nan hening menyaratkan pesan untuk memurnikan kembali hubungannya dengan Tuhan, mengingat kembali keagungan Tuhan. Di situlah, Katedral menjadi oase di tengah kepenatan hidup.
Interior
Gereja Katedral Jakarta yang ikonik, historis, simbolik juga menjadi destinasi wisata bagi para turis (lokal atau asing), tempat kunjungan tamu, dan tempat ziarah umat Katolik baik umat KAJ maupun luar KAJ.
Eksterior
Peduli dan Cinta Tanah Air
Dalam kunjungan Presiden Joko Widodo yang meninjau perkembangan proyek renovasi Masjid Istiqlal pada hari Jumat, 7 Februari 2020, beliau menerima usulan agar dibangun terowongan bawah tanah yang akan menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral. Presiden menamakannya sebagai "Terowongan Silaturahmi".
Pastor Kepala Gereja Katedral Jakarta, Romo Albertus Hani Rudi Hartoko, SJ, mengatakan hal ini semakin menegaskan kembali semangat persaudaraan yang dicetuskan oleh Presiden RI Pertama Soekarno, saat menetapkan lokasi Istiqlal selaku Masjid Nasional yang berdampingan dengan Gereja Katedral. Terowongan Silaturahmi itu juga dapat meningkatkan relasi di antara dua bangunan ibadah yang sama-sama merupakan bagian dari cagar budaya nasional.
Pada tanggal 23 Desember 2017, patung Garuda Pancasila dipasang di pelataran Plaza Pancasila sebagai persiapan menyambut Tahun Persatuan pada tahun 2018, sebagai tahun ketiga Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta 2016–2020, yang mewakili 5 tahun perwujudan dari sila-sila Pancasila, yaitu:
- Ketuhanan yang Maha Esa
- Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Persatuan Indonesia
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pada tanggal 13 Mei 2018, Replika Maria Bunda Segala Suku diluncurkan dan diberkati oleh Ignatius Kardinal Suharyo, bertepatan dengan Hari Komunikasi Sedunia dan Peringatan Santa Perawan Maria dari Fatima. Pada replika ini, terdapat:
- Mahkota dengan peta Indonesia
- Garuda Pancasila di dada
- Kerudung Merah Putih
- Kebaya putih panjang dengan lukisan wayang Dewi Kunthi tua, sebagai simbol kesabaran yang penuh kesucian
- Wayang Dewi Sri, sebagai simbol kesejahteraan dan kedamaian
- Memakai tenun motif Nusantara
Kongres Pemuda ke-2, diadakan selama dua hari pada tanggal 27-28 Oktober 1928, melahirkan Sumpah Pemuda. Umat Katolik Indonesia turut berperan aktif melalui kegiatan sidang pada hari pertama, yang berlangsung pada tanggal 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenliengen Bond (KJB), yang sekarang menjadi Grha Pemuda.
Berjalan bersama Gereja dalam Solidaritas
Gereja Katedral Jakarta membuka pintu bagi setiap umat yang dengan sukarela hendak menyumbangkan donasi bagi perawatan gereja atau memberikan kolekte persembahan untuk kegiatan bersama dan membantu yang membutuhkan. “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Kor 9:7).