Pesona Luar Biasa yang Menarik Mata
Dengan bentuk arsitektur neo-gothik, keberadaan goa Maria dan museum Gereja Katedral Jakarta yang ikonik, historis, dan simbolik menjadi destinasi wisata bagi para turis, baik lokal maupun asing. Selain itu, gereja ini juga menjadi tempat kunjungan tamu khusus, termasuk tamu negara atau tamu dari pemerintahan pusat maupun DKI Jakarta, serta menjadi tempat ziarah umat Katolik baik dari umat KAJ maupun dari luar KAJ.
Kenali Lebih Dekat,
Kagumi Lebih Dalam
Motif Lengkung Lancip & Floral
Begitu banyak pesona neo-gothik yang ada di Gereja ini: kaca patri bermotif floral, pilar kokoh dengan ukiran floral di atasnya, jendela dan pintu berbentuk lancip melengkung, langit-langit setinggi 17 meter dengan pola menguncup.
Selain fungsi-fungsi praktis bangunan, bentuk melengkung ke atas melambangkan keluhuran Sang Pencipta dan keinginan untuk mengarah ke nilai luhur tersebut. Motif floral dipadu dengan suasana megah ingin membangun ruang bagi setiap orang yang datang untuk menyegarkan dan memurnikan hubungannya dengan Tuhan.
Di situlah, Katedral menjadi oase di tengah kepenatan hidup dan memberikan pengalaman rohani bagi setiap orang yang datang.
Rozeta
Di antara dua menara benteng Daud dan menara Gading, tepat di depan tengah gereja katedral terdapat jendela kaca patri bundar yang berbentuk seperti bunga mawar (rose). Jendela ini disebut sebagai "Rozeta Rosa Mystica". Rosa Mystica adalah simbol Bunda Maria yang merupakan pelindung Gereja Katedral Jakarta.
Di sisi luar lingkaran ada mahkota mawar yang berjumlah 12 yang melambangkan 12 rasul Kristus. Gambaran Rosa Mystica dan 12 Rasul ini ingin menggambarkan Bunda Maria yang selalu berjalan bersama dengan Gereja yang memiliki dasar iman yang sama dengan para rasul.
Menara
Tampak dari depan terdapat tiga puncak menara yang menjulang tinggi. Sebuah menara kecil di tengah (berada di atas altar utama), disebut Menara Angelus Dei. Menara itu menjulang setinggi 45 meter dari lantai. Menara ini diapit dengan dua menara yang menjulang setinggi 60 meter di sisi kiri dan kanannya.
Menara di sebelah utara, yang bentuknya menyerupai benteng disebut Menara Benteng Daud yang melambangkan Maria sebagai perlindungan terhadap kuasa-kuasa kegelapan. Sedangkan yang di sebelah selatan disebut Menara Gading, gading yang putih dan murni melambangkan keperawanan Maria.
Patung di sekitar Gereja
Patung Tuhan Yesus Raja dihadiahkan kepada Serikat Yesus oleh umat Katolik dalam kaitannya dengan Yubileum 75 tahun Serikat Yesus berkarya di Indonesia. Pada kaki tugu terdapat sebuah inskripsi kecil “TER DANKBARE HERINNERING AAN DE 75-JARIGE ONAFGEBROKEN WERKZAAM HEID DER PATERS JEZUTE IN NED.O.INDIE 1859-1934” yang artinya “Untuk mengenang dengan penuh rasa syukur 75 tahun kehadiran Serikat Yesus di Hindia Belanda 1859-1934”.
Patung Tuhan Yesus Tuna Wisma adalah satu penanda gerakan pastoral evangelisasi “Tahun Keadilan Sosial 2020”. Representasi untuk mengingatkan kita supaya semakin peduli kepada saudara-saudara kita yang lemah, kecil, miskin, tersingkir dan difabel.
Gua Maria
Kehadiran Gua Maria di Katedral melengkapi indahnya Gereja ini. Gua Maria ini berada di dekat Pastoran dan Sekretariat Gereja Katedral. Gua ini diresmikan pada tanggal 8 Desember 1979 oleh Pastor Van lerssel SVD yang pada saat itu menjabat sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta.
Dari bentuk fisiknya, Goa ini mirip dengan Goa Maria di Lourdes Perancis. Pada salah satu dindingnya terdapat batu asli dari Lourdes. Di bawah rindangnya pohon, umat dapat berdoa dengan perantaraan sang Bunda.
Patung Maria di Pintu Masuk Utama Gereja
Di antara dua pintu masuk utama gereja, bagian atas, terdapat Patung Bunda Maria, pelindung Gereja Katedral Jakarta yang menyambut setiap orang yang datang ke Gereja.
Pada bagian atas pintu terdapat tulisan dari salah satu ayat Magnificat (Nyanyian Pujian Maria) yakni "Beatam Me Dicentes Omnes Generationes" yang artinya "Semua keturunan akan menyebut aku berbahagia" (Luk 1:48). Kidung Maria ini ingin mengajak kita untuk terus bersyukur atas rahmat yang besar dari Allah dan membawa kebahagiaan itu bagi setiap orang yang kita jumpai.
Museum Katedral
Museum Katedral diresmikan pada tanggal 28 April 1991 oleh Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ. Pendirian Museum Katedral diprakarsai oleh pastor kepala paroki Katedral pada waktu itu (1985-1993), yaitu almarhum Pater Rudolphus Kurris, SJ.
Pada tahun 2017, tepatnya tanggal 22 Agustus bersamaan dengan perayaan 20 tahun Episkopal Kardinal Ignatius Suharyo, dilakukan syukuran pemindahan dari lokasi awal ke lokasi baru, yang merupakan gedung bekas pastoran dan sekretariat lama yang berlantai dua. Ditandai pengguntingan rangkaian melati oleh Kardinal Ignatius Suharyo, Romo A. Hani Rudi Hartoko, SJ. selaku Pastor Kepala Paroki Gereja Katedral, dan Susyana Suwadie selaku Ketua Museum Katedral.
Pada tanggal 27 Oktober 2018, dilaksanakan soft opening disertai pemercikan air suci ke seluruh bagian dalam Museum setelah Misa, dalam rangka 90 tahun Sumpah Pemuda dan syukur Tahun Persatuan 2018. Pada tanggal 14 November 2018, diadakan peresmian Museum melalui penandatanganan prasasti oleh Kardinal Ignatius Suharyo.
kembaliBerjalan bersama Gereja dalam Solidaritas
Gereja Katedral Jakarta membuka pintu bagi setiap umat yang dengan sukarela hendak menyumbangkan donasi bagi perawatan gereja atau memberikan kolekte persembahan untuk kegiatan bersama dan membantu yang membutuhkan. “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Kor 9:7).